16 September 2015

PROSES PENGEMBANGAN INOVASI FRUGAL DILIHAT DARI PERSPEKTIF EKONOMI INSTITUSIONAL BERPARADIGMA REALISME KRITIS

Abstract

Frugal Innovations that have been rapidly developing in India, have received widespread attention both in developing countries as well as in developed countries. It is perceived as offering possible solution for low-income people in the bottom of the pyramid in developing countries. Frugal innovation is a low-priced product or process innovation created in the middle of resourcescarcity and institutional shortcomings. This paper investigates the rapidlygrowing literature on frugal innovation to answer the questions of what does frugal innovation actually mean? In what contects and how it most likely will develop? Who have been developing frugal innovation? What kind of capability requirements arneeded in order to be able to create frugal innovation? And how the government can foster its development?

Lierature investigation is carried out through Institutional Economic perspective based on critical realism paradigm. It particularly views the emergence   of   frugal   innovation   as   a   social  phenomena   within   a socio-economic system. The social system is perceived as a structurized and stratified system in which frugal innovation is perceived as happening at the observed and experienced empirical level of the social system. To understand the emergence of frugal innovation one need to understand the structure and the mechanism at a deeper level than the empirical level. The investigation concludes that frugal innovations are specific innovations that require the existance of particular institutional arrangement and cultural environment. It requires three preconditions: the existance of enterpreneurs, technological capability and effective demand from the people at the bottom of the pyramid. This undertanding is very important for the government of developing countries  if  they  are  to  foster  frugal  innovation  development  in  their countries.

Keywords: Frugal Innovation, Institutional Economics, Critical Realism, Tata Nano

Abstrak

Inovasi frugal yang banyak berkembang di India, kini telah mendapat perhatian luas baik di negara berkembang maupun di negara maju. Ia diyakini dapat  menawarkasolusi  bagi masalah  yang dihadapi  oleh  masyarakat lapisan bawah berdaya beli rendah di negara-negara berkembang. Inovasfrugal adalah inovasi proses atau produk yang mampu memberikan solusi masalah dengan harga terjangkau di tengah-tengah keterbatasan sumber daya dan keterbatasan institusional. Ia dapat terjadi di area irisan antara inovasi teknologi, institusional dan sosial.  Makalah ini mengkaji literatur yang telah berkembang saat ini untuk menjawab pertanyaan apa sebetulnya yang dimaksud dengan inovasi frugal? Dalam konteks apa dan Bagaimana ia dapat berkembang? Siapa yang telah banyak mengembangkan inovasi frugal? Persyaratan kemampuan apa yang diperlukan untuk dapat mengembangkan inovasi frugal? Dan bagaimana pemerintah dapat mendorong perkembangan inovasi frugal?

Kajian terhadap literatur dilakukan dengan menggunakan perspektif Ekonomi Institusional berparadigma ontologis realisme kritis yang memandang fenomena  kemunculainovasi  frugal sebagai  sebuah  fenomena  sosial ekonomi dalam sebuah sistem sosial ekonomi. Sistem sosial dipandang sebagai sesuatu yang terstruktur dan terstratifikasi di mana fenomena inovasi frugal dilihat sebagai fenomena yang terjadi pada strata empirik teramati dan teralami.  Untuk  dapat menjelaskan kemunculan fenomena  inovasi  frugal, analisis perlu dilakukan untuk memahami struktur dan mekanisme pada strata yang lebih dalam daripada strata empirik.  Hasil kajian menyimpulkan bahwa inovasi frugal adalah inovasi khas yang menuntut ketersediaan aransemen institusional  tertentu  serta budaya  dan  lingkungan tertentu.  Terdapat  tiga pra-kondisi utama: wirausahawan, kemampuan teknologi dan permintaan efektif dari masyarakat lapis bawah. Pemahaman akan hal ini sangat diperlukan jika negara berkembang seperti Indonesia ingin mengembangkan inovasi frugal.

Kata kunci: Inovasi Frugal, Ekonomi Institusional, Realisme Kritis, Tata Nano

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Inovasi frugal di negara seperti India dan China sudah menjadi fenomena yang tidak bisa diabaikan. Inovasi masa depan akan banyak diwarnai dengan inovasi frugal. Namun inovasi frugal  menuntut struktur dan  kondisi  ekonomi sosial tertentu. Tiga komponen utama dari struktur yang mendorong inovasi frugal adalah peningkatan kemampuan teknologi, kewirausahaan dan peningkatan permintaan efektif.

Semuanya  berawal  darketerbukaan ekonomi nasional dan upaya integrasinya ke dalam ekonomi global. Keterbukaan ekonomi secara strategis memungkinkan peningkatan kemampuan  teknologi dengan  memanfaatkan arus masuk investasi langsung dalam proses pembelajaran teknologi. Kemampuan teknologi yang meningkat dikombinasikan dengan kewirausahaan schumpeterian dan permintaan efektif dari masyarakat lapisan bawah, mendorong pengembangan produk-produk inovasi frugal oleh para wirausahawan di perusahaan-perusahaan domestik.

Jika  melihat  proses  yang  demikian,  lantas apa peran pemerintah? Salah satu peran utama pemerintah adalah mendorong dan mendukung proses pembelajaran teknologi di perusahaan domestik. Hal ini berkenaan dengan kebijakan industri nasional yang terkandung di dalamnya kebijakan iptek. Bagaimana pemerintah mendorong peningkatan kemampuan teknologi melalui proses pembelajaran teknologi?

Makalah ini tentunya tidak dimaksudkan untuk membahas hal ini. Cukup bagi makalah ini      untuk menunjukkan betapa pentingnya pembelajaran teknologi di perusahaan domestik bagi pengembangan inovasi frugal. Mengenai bagaimana  pemerintah  melalui  kebijakan industri mengembangkan kemampuan teknologi perusahaan domestik telah banyak dikaji dalam berbagai literatur. Salah satu pesan utama dari literatur ini adalah bahwasanya bagi negara berkembang,  strategi  pengembangan kemampuan teknologi di industri domestik adalah: Linkage, Leverage dan Learning (Mathews, 2006). Linkage: terhubung dengan rantai nilai global; Leverage: memanfaatkan linkage bagi pertumbuhan ekonomi termasuk untuk learning; Learning: belajar untuk meningkatkan kemampuan teknologi atau yang sering disebut pembelajaran teknologi. Dalam kaitan ini, perlu ditekankan bahwa kebijakan pengembangan iptek, perlu diarahkan pada membantu perusahaan untuk mengembangkan kemampuan teknologi, di samping tentu saja pengembangan iptek itu sendiri.

Peran utama kedua yang pemerintah perlu ambil adalah menumbuhkembangkan kewirausahaan dan terus menerus mendorong jumlah wirausahawan yang bersifat Schumpeterian. Yakni wirausahawan yang mampu menggunakan pengetahuan secara sistematik dalam proses produksi dan bisnisnya. Hal ini dapat ditempuh melalui berbagai kebijakan, termasuk di dalamnya kebijakan pendidikan, terutama pendidikan tinggi.

Melihat kondisi Indonesia sekarang, tampaknya pemerintah masih perlu terus bekerja keras mengembangkan kebijakan industri yang terintegrasi dengan kebijakan inovasi dan iptek, serta perguruatinggiHarmonisasi  dan integrasi antar arena kebijakan ini mutlak diperlukan, jika Indonesia ingin melihat tumbuh kembangnya inovasi frugal.